Bahasa anak

Bahasa adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan yang fungsinya sebagai alat komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Perkembangan bahasa sudah dimulai sejak dari awal kehidupan. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi. Berawal dari tangisan saat pertama ia melihat dunia. Tangisan itu merupakan awal komunikasi dari seorang bayi, yang menandakan bahwa ia hidup. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.

Seorang anak pasti akan melewati fase perkembangan bahasa, dari masa kanak-kanak awal hingga masa kanak-kanak akhir. Maka pada umumnya Perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang menonjol pada masa kanak-kanak akhir yaitu masa SD/MI. Karena itu usia SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) merupakan masa yang ideal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa. Dengan mempelajari perkembangan bahasa anak, pendidik dapat memahami anak dan diharapkan dapat berkomunikasi dengan anak secara efektif.

Dalam pembahasan ini hal yang pertama akan kita bahas yaitu pengertian bahasa. Bahasa adalah suatu ujaran atau ucapan yang bermakna, bahasa juga dapat pula diartikan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi-suara yang dihasilkan oleh alat bicara. Bahasa merupakan faktor yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugrah dari Allah Swt. Dengan bahasa manusia dapat mengenal dan memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya.

Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunkasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). Menurut Elizabeth B. Hurlok, Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain.

Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan di sekolah dasar meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraph ( Depdiknas, 2006).

Menurut Santoso (2004) bahasa sebagai alat komunikasi dilihat dari dasar dan motif pertumbuhannya memiliki empat fungsi, yaitu:
·         Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi kepada orang-orang disekitar, seperti adanya hubungan timbale-balik antara anggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
·         Fungsi ekspresi diri, yaitu bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan dan menyalurkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan penuturnya. seperti menyampaikan atau menyalurkan perasaan, sikap, pendapat, gagasan, dan  emosi. Bahasa juga dapat menjadi alat atau media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri dan untuk menarik perhatian dari orang lain.
·         Fungsi adaptasi dan integrasi, maksudnya bahasa sangat bermanfaat jikalau kita berada di tempat orang yang memiliki perbedaan adat, tata karma, dan aturan-aturan di lingkungannya. Dengan bahasa (berkomunikasi) kita dapat beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan yang baru.
·         Alat untuk mengadakan kontrol sosial, yaitu untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung pula dengan baik, dan akan menghasilkan lingkungan yang tentram dan damai dengan nilai-nilai sosial yang berkualitas.

Setelah kita mengetahui empat fungsi bahasa menurut Santoso. Ada juga tiga komponen utama dalam bahasa yaitu: bentuk atau form, meliputi sintaksis, morfologi, dan fonologi; isi atau content, meliputi makna atau sematik; dan penggunaan atau use yang mencakup pragmatik. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam bahasa terkandung lima elemen, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi berkenaan dengan ketentuan yang mengatur struktur, distribusi dan urutan bunyi, serta bentuk ucapan, morfologi berhubungan dengan organisasi kata-kata secara internal, sintaksis berkenaan dengan aturan-aturan dalam pembentukan kata dan kalimat (memiliki subjek, predikat, dan objek), sedang semantik berkenaan dengan sistem aturan mengendalikan makna isi kata atau kalimat. Dan yang terakhir pragmatik berkenaan dengan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan tujuan tertentu.

Selanjutnya kita akan membahas tentang tahap-tahap perkembangan bahasa anak. Perkembangan kemampuan atau keterampilan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir anak. Dalam berkomunikasi terjadi pertukaran ide, pikiran, dan perasaan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, maka anak harus menggunakan bahasa yang bermakna bagi orang lain yang diajak berkomunikasi. Disamping itu anak juga dituntut untuk dapat memahami bahasa yang digunakan orang lain. Oleh karena itu dalam berkomunikasi diperlukan kemampuan berbahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Apabila anak tidak dapat menggunakan bahasa dengan baik dan jelas, maka dalam berkomunikasi anak akan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan apa yang  dipikirkan dan dirasakannya.

Perkembangan bahasa pada anak terjadi sejak awal kehidupannya yaitu sejak ia lahir, berupa tangisan untuk mengungkapakan perasaan dirinya kepada orang lain kemudian dalam perkembangannya akan berupa ocehan atau celotehan, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan tubuh yang merupakan bentuk komunikasi prabicara. Pola perkembangan bicara pada anak sejalan dengan perkembangan aspek lain, seperti aspek motorik, aspek kognitif, dan aspek sosial. Pada saat usia sekolah, rasa ingin tahu anak berkembang pesat. Karena itu maka peran orang tua dan guru sangat penting untuk dapat memaksimalkan kesempatan untuk mengajarkan keterampilan berbahasa. Seorang anak belajar berbahasa dengan mengumpulkan kosa kata atau perbendaharaan kata-katanya dari lingkungan sosial. Kosa kata anak biasanya berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata-kata populer yang digunakan teman-teman atau kelompok anak-anak sebayanya. Setelah perkembangan bahasa berlanjut dalam bentuk kalimat, dimulai dari kalimat sederhana yang jauh dari kelengkapan sebuah kalimat menjadi kalimat yang semakin lengkap dan kompleks sesuai kebutuhan komunikasi anak.
Seiring dengan pertambahan usia dan perkembangan berbagai aspek psikologis anak, maka semakin sempurna pula kemampuan berbahasanya. Karena dalam kesehariannya anak akan membicarakan banyak hal berkenaan dengan kegiatannya sehari-hari, seperti bermain, belajar, dan kegiatan lain yang dilakukan anak pada umumnya. Klasifikasi untuk usia SD/MI dapat dibagi dua katagori, sebagai berikut:
·         Kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentik)
Anak tipe ini lebih senang berbicara tentang kesenangan dirinya sendiri atau kesenangan yang berhubungan dengan seseorang yang kebetulan bersamanya. Ia cendrung mendominasi pembicaraan, dan kurang berminat untuk mendengarkan bahkan menerima pendapat orang lain. Dengan demikian, bicara egosentrik ini seperti halnya monolog atau percakapan semu.
·         Kegiatan berbicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi)
Dalam perkembangannya anak akan cendrung menyesuaikan diri pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Maksudnya mereka dapat menyesuaikan isi pembicaraan dan dapat menerima pendapat dari orang lain. Sehingga seorang anak dengan tipe ini dapat melibatkan dirinya dengan kegiatan sosial dan cendrung menjadi anak yang disenangi. Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk: (a) adapted information, disini terjadi pertukaran pendapat atau adanya tujuan bersama yang diccari, (b) critsim, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan), threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answers (jawaban).

Semiawan, 1998 (dalam Inggrid, 2008) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa (pragmatik dan semantik) anak pada usia SD/MI dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Anak usia 5 tahun, sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan, mengulang untuk perbaikan, dan mulai membicarakan topok-topik tentang gender.
·         Anak usia 6 tahun, mengulang dengan cara elaborasi untuk perbaikan, dan menggunakan kata-kata keterangan.
·         Anak usia 7 tahun, menggunakan dan memahami sebagai istilah dan membuat plot naratif yang mempunyai pengantar dan akhir dari topik yang ingin diungkapkan atau dibicarakan.
·         Anak usia 8 tahun, menggunakan topik-topik yang konkret, mengenal makna nonlitelal dalam bentuk permintaan langsung, dan mulai mempertimbangkan maksud lainnya.
·         Anak usia 9-12 tahun, anak memelihara topik melalui beberapa perubahan. Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara) pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalah yang dipikirkan orang dewasa.

Hal selanjutnya yang akan dibahas adalah tugas-tugas perkembangan bahasa. Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut.
1.      Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau  gesture-nya (bahasa tubuhnya).
2.      Pengembangan Perbendaharaan Kata, Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.      Penyusunan Kata-Kata menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat adalah kalimat tunggal (satu kata) dengan disertai: “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti ‘tolong ambbilkan bola untuk saya”. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks. Menurut Davis, Garrison & McCarthy (E.Hurlock, 1956) anak yang cerdas, anak wanita dan anakk yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
4.      Ucapan, Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya). Pada usia bayi, antara usia 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vocal): a, i, u, e, dan o dan huruf mati (konsonan): t, p, b, m, dan n, sedangkan huruf yang sulit diucapkan adalah huruuf mati tunggal: z, w, s, r, dan g, dan huruf mati yang rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.

Setelah membahas tugas-tugas perkembangan bahasa, berikutnya kita akan membahas tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Pada umumnya, pola perkembangan bahasa dan keterampilan berbicara pada anak akan mengikuti pola umum, namun tempo dan irama perkembangannya bersifat individual, terutama dalam frekuensi atau banyaknya anak bicara, serta isi atau topik pembicaraan. Hal ini dipengaruhi oleh:
1.      Faktor Kesehatan, Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Pada umumnya anak yang sehat pasti lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Hal ini disebabkan perkembangan aspek motorik dan aspek mentl sebagai pendukung kemampuan berbahasa, anak yang sehat dengan perkembangan kognitif optimal akan mampu berbicara lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Oleh karena itu, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orangtua dan guru perlu memperhatikan kondisi anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola makanan, beri anak makanan yang bergizi dan jika di sekolah guru harus mengawasi anak agar tidak jajar sembarangan.
2.      Faktor Inteligensi (Kecerdasan), Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat kecerdasannya. Anak yang memiliki kecerdasan tinggi biasanya perkembangan bahasanya cepat. Namun, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya dikatagorikan anak yang bodoh (Lindgren, dalam E. Hurlock, 1956). Selanjutnya Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami keterlambatan mental, yaitu bahwa sepertiga di antara mereka yang dapat berbicara secara normal dan anak yang berada pada tingkat kecerdasan yang paling rendah, mereka sangat miskin perbendaharaan katanya.
3.      Status Sosial dan Ekonomi dalam Keluarga, Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahhsa dengan status sosial ekonomi, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock, 1956).
4.      Jenis Kelamin (Sex), Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara anak laki-laki dan anak perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan mulai menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak laki-laki. Lihat saja, pada umumnya anak perempuan lebih cepat perkembangan bahasanya (kosa katanya lebih banyak dan lebih sering berbicara), dari pada anak laki-laki.
5.      Hubungan Keluarga, Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan dan keluarga, terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa pada anak. Hubungan yang sehat antara orangtua dan anak (penuh perhatian dan kasih saying dari orangtuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap orangtua yang tidak peduli kepada anak, sikap kasar terhadap anak, dan kurang komunikasi dengan anak. Maka perkembangan bahasa anak cendrung akan mengalami kelainan, seperti: gagap dalam berbicara, idak jelas dalam berkata atau mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6.      Keinginan dan Dorongan untuk Berkomunikasi Serta Hubungan dengan Teman Sebaya, Semakin kuat keinginan seorang anak untuk belajar berbicara ditambah dengan dorongan dari keluarga untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan teman teman sebayanya, maka akan makin kuat pula usaha anak untuk berbicara atau berbahasa. Hal ini tentu sangat mendukung anak dalam mempercepat perkembangan bahasanya.
7.      Kepribadian, Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cendrung memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri (susah untuk beradaptasi). Kemampuan berbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik pembicaraan) dalam berbahasa.
Hambatan atau kesulitan perkembangan bahasa terjadi apabila anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa anak awal. Akibatnya, anak mengalami keterlambatan berbicara. Hingga anak menjadi kurang percaya diri dan merasa tidak mampu dalam bersosialisasi. Demikian juga, tipe anak yang berbicara secara egosentrik dapat mengakibatkan anak menjadi semakin tertutup dan sulit untuk beradaptasi. Masalah lain berupa anak yang bisu (tunawicara), ia tidak dapat berbicara, mengucapkan kata dengan jelas dan benar.
Dan hal yang terpenting adalah upaya mengoptimalkan perkembangan bahasa anak. Bagaimana cara kita agar perkembangan bahasa pada anak berjalan lancar. Dari uraian di atas tampak bahwa meskipun terdapat perbedaan individual dalam perkembangan bahasa, hal yang harus diingat dalam perkembangan bahasa yaitu penggunaan bahasa secara tepat dalam percakapan untuk mengemukakan isi pikiran, keinginan, dan motivasi untuk melakukan eksplorasi dan berkomunikasi dengan orang lain, terutama untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran. Pola berbahasa orang dewasa di sekitar, dan berbagai cerita atau fiksi bisa menjadi model bagaimana cara berbahasa yang baik dan benar, serta menumbuhkan minat anak untuk selalu bersemangat untuk belajar.
Masa kanak-kanak sampai awal masa remaja merupakan periode untuk mengembangkan bahasa. karena di masa itulah terjadi interaksi-interaksi antar seorang individu (anak) dengan  lingkungan sekitarnya, seperti jika si anak berada di sekolah dia akan berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya. Ia berkomunikasi dengan guru, teman sebaya, kakak kelas, pedagang di sekolahnya dan lain-lain. Dan jika dia berada di lingkungan keluarga dan rumahnya, dia pasti akan berinteraksi dengan ayah, ibu, kakak, dan tetangganya. Dapat dikatakan faktor lingkungan juga turut berperan dalam mengoptimalkan perkembangan bahasa anak. karena di sanalah secara tidak langsung atau secara tidak disadari terjadi pelatihan berbicara atau berbahasa pada anak.

Terkait dengan proses pembelajaran formal keterampilan berbahasa menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) memiliki empat aspek atau ruang lingkup, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan di sekolah dasar atau di madrasah ibtidaiyah memiliki cangkupan materi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran.
Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi kemampuan mengungkapkan pikiran,  perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalaan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, member tanggapan, pendapat atau saran, diskusi dan lain-lain. Keterampilan membaca meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca keras (nyaring), membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis memiliki cakupan materi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, menulis cerita, menulis undangan, meringkas sebuah paragraph, dan lainnya.
Hal-hal tersebutlah yang harus di optimalkan di usia SD/MI. Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa anak SD/MI. Maka dalam perakteknya di kelas seorang guru harus dapat menyeimbangkan pengembangan keempat aspek perkembangan bahasa tersebut, baik untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran maupun pengembangan keterampilan berbahasa pada umumnya.
Selain itu ada beberapa hal lagi yang dapat menunjang pengoptimalisasian perkembangan bahasa pada anak, menurut Karl Buhler ada tiga daya pendorong yang membuat anak dapat mengoptimalkan perkembangan bahasanya, yaitu:
1.      Dorongan Pernyataan (Kundgabe), Dorongan untuk menyatakan kepada orang lain apa-apa yang terkandung dalam perasaan atau hati. Maksudnya seorang anak dapat mengungkapkan sesuatu, entah itu gagasan, pendapat atau apa saja yang ada dalam perasaan atau hati si anak kepada lawan bicaranya.
2.      Dorongan Menguraikan (Auslosung), Dorongan untuk menguraikan apa-apa yang ingin dikatakan, termasuk perkataan yang tidak  diketahui. maksudnya seorang anak mampu menguraikan atau menjelaskan apa yang ia katakan, bukan hanya mampu menyatakan tetapi juga mampu menjelaskan apa yang ia katakan kepada lawan bicaranya.
3.      Dorongan menyampaikan (Darstellung), Dorongan untuk menyampaikan segala  sesuatu yang menarik perhatiannya kepada orang lain, termasuk tanda-tanda meminta pertolongan. Maksudnya seorang anak tidak malu untuk bertanya tentang sekitarnya, seperti bertanya kepada temannya tentang penunjuk jalan (seperti lampu lalu lintas dan tanda-tanda yang ada di jalan raya), meminta tolong jika ia membutuhkan pertolongan, dan sebagainya.
Untuk menuntun anak dalam mengenai perkembangan bahasa itu sangat penting. Karena dapat membantu anak berkomunikasi dengan baik dan ank tersebut tentunya akan mengerti tentang pemahaman-pemahaman tertentu. Untuk itu perlu sekolah terutama di setiap kelas suatu pembelaajaran yang efektif sehingga perkembangan bahasanya bisa berjalan secara optimal.
Pembelajaran yang optimal maka sangat perlu bahasa yang komunikatif yang memungkinkan semua pihak yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dapat berperan secara aktif dan produktif. Bahasa itu merupakan alat komunikasi dalam pergaulan social sehingga dengan komunikasi bisa menghasilkan pembelajaran efektif untuk mendapat pendidikan yang optimal. apabila guru dan siswa saling komunikasi dengan baik dan anak mengerti apa yang dikatakan oleh seorang guru, tentunya dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal. untuk itu, diharapkan seorang guru agar menggunakan bahasa anak di dalam kelas daripada bahasa orang dewasa.
Dari terjalinnya suatu komunikasi antara seorang guru dan peserta didik, tentunya pemberian lingkungan kondusif bagi perkembangan bahasa itu sangat penting. Dengan adanya lingkungan kondusif yang tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang pasif, tapi juga menjadi pengguna bahasa yang aktif. Untuk menciptakan suatu lingkungan kondusif dikelas yaitu pengaturan tata letak meja kursi dan lainnya, dan juga suara seorang guru agar tidak begitu lirih di dalam kelas, sehingga seorang guru harus mengatur suaranya agar dapat didengar semua siswa.

Daftar Referensi

Hurlock, Elizabeth B.1978.Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.
Milifah, Ilun.2008.Perkembangan Peserta Didik,Jakarta:PT. Indeks Cemerlang.
Purwakania, Aliah B. Hasan.2006.Psikologi Perkembangan Islami menyingkap tentang manusia dari prakelahiran hingga pascakematian,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Syamsu LN.2009.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,Bandung: PT. REMAJA  ROSDAKARYA.





           


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK PADA ANAK



PERTUMBUHAN FISIK DAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK Pertumbuhan fisik manusia adalah perubahan fisik menjadi lebih dari yang sebelumnya, yakni lebih besar atau lebih panjang dan proses perubahannya dimulai dari masa anak sebelum lahir hingga dewasa.Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar Endokrin, dan struktur fisik/tubuh. Aspek fisiologis lainnya yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia adalah otak (brain). Otak dapat dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Berkaitan dengan fungsi otak, dapat dibedakan berdasarkan kedua belahan otak tersebut, yaitu belahan kiri dan belahan kanan.(Syamsu Yusuf, 2008).
FUNGSI OTAK KIRI
FUNGSI OTAK KANAN
Berpikir rasional, ilmiah, logis, kritis, linier, analitis, referensial dan konvergen.
Berkaitan erat dengan kemampuan belajar membaca, berhitung,dan bahasa.

Berpikir holistic, non-linier, non-verbal, intuitif, imajinatif, non-referensial, divergen, dan bahkan mistik.
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral maupun kepribadian(Syamsyu Yusuf, 2008). Biasanya pertumbuhan otak yang normal berpengaruh positif sebagai faktor yang mendorong perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, sebaliknya pertumbuhan otak yang tidak normal cenderung akan menjadi faktor penghambat perkembangan aspek-aspek tersebut. Pertumbuhan otak biasanya dipengaruhi oleh gizi, apabila anak kekurangan gizi yang baik maka pertumbuhan otaknya cenderung tidak normal dan menghambat perkembangan aspek-aspek lainnya.Pada manusia, kekurangan gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan bayi sangat rendah (berkaitan erat dengan angka kematian yang tinggi dan perkembangan yang buruk (Ediasri T. Atmodiwirjo dalam Singgih D, Gunarsa, 1993). Pertumbuhan fisik itu secara langsung berpengaruh pada perkembangan motorik anak dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan fisik juga berpengaruh pada perkembangan sosial anak, dan kepribadian anak karena pertumbuhan fisik tersebut mempengaruhi cara anak memandang dirinya dan bagaimana dia memandang orang lain disekitarnya. Ini semua akan tercermin dari pola penyesuaian diri anak secara umum. Seorang anak misalnya, yang terlalu gemuk akan cepat menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Di pihak lain, teman-temannya akan menganggap anak gendut itu terlalu lamban, dan tidak pernah lagi diajak bermain. Semula timbul perasaan tidak mampu, selanjutnya akan muncul perasaan selalu tertimpa nasib buruk. Perpaduan kedua perasaan ini akan memberikan warna tersendiri pada perkembangan kepribadian anak (Elizabeth B Hurlock, 1978).Siklus pertumbuhan fisik, siklus pertumbuhan fisik pada anak dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu dua periode yang ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat. Pada awal kelahiran anak  pertumbuhannya sangat cepat sampai  pada akhir tahun pertama, kemudian stabil, setelah itu pertumbuhannya lamban biasanya terjadi pada usia 8 sampai 12 tahun, karena si anak memasuki tahap remaja atau tahap kematangan seksualnya. Pertumbuhan fisik pada anak usia SD/MI biasanya ditandai dengan beberapa perubahan, misalnya perubahan dalam ukuran tinggi dan berat badan, hilangnya gigi susu dan muncul gigi tetap. Tidak haya itu, perubahan tubuh yang lainnya juga terlihat pada sistem tulang, dan otot. Menurut Abin Syamsudin (2001:96) bahwa tulang belulang yang pada masa bayi berjumlah 27, melalui proses diferensiasi fungsi berkembang menjadi 350 pada akhir masa usia SD/MI, perubahan itu dipengaruhi oleh faktor gizi dan latihan. Sedangkan pada otot anak usia SD biasanya pertambahan kekuatan otot dipengaruhi oleh faktor  keturunan dan latihan. Meskipun  siklus pertumbuhan fisik dapat dikatakan teratur dan dapat diramalkan, namun terjadi perbedaan, karena menurut Johnston dkk. jadwal waktu pertumbuhan fisik anak sifatnya sangat individual (setiap anak berbeda-beda). Perbedaan atau keanekaragaman secara garis besar dapat digolongkan kedalam tiga bentuk tubuh: 1) endomorf, cenderung gemuk dan berat; 2) mesomorf, cenderung kekar, berat dan segitiga, kedua bentuk tubuh itu biasanya bentuk tubuh anak laki-laki; 3) ekstomorf, cenderung kurus dan bertulang panjang, biasanya adalah bentuk tubuh anak perempuan (Ilun Muallifah, ).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, misalnya anak laki-laki cenderung pertumbuhannya lebih cepat dibanding anak perempuan pada usia tertentu. Selanjutnya faktor gizi dan kesehatan, menurut studi-studi tentang kesehatan anak usia SD/MI melaporkan bahwa mereka rentan akan berbagai penyakit. Oleh karena itu, gizi dan kesehatan sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik seorang anak. Anak yang memiliki kesehatan yang baik dan gizi seimbang cenderung pertumbuhannya lebih cepat, sedangkan anak yang kesehatannya terganggu atau sering sakit, serta kurang asupan gizi pasti pertumbuhannya lamban, bahkan telah dijelaskan di awal bahwa hal itu sangat berpengaruh pada normal atau tidaknya perkembangan otak anak tersebut. Selain dua faktor diatas, masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik seorang anak, yaitu: 1) Pengaruh keluarga; 2) Gangguan emosional; 3) Suku bangsa; 4) Kecerdasan; 5) Status sosial ekonomi; 6) Fungsi endokrin; 7) Pengaruh pralahir;(Elizabeth B Hurlock, 1978).Perkembangan fisik pada anak juga meliputi perkembangan syarafnya, semakin matang perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu mengetahui apa pengertian perkembangan motorik anak itu?Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (parentingislami.wordpress.com). Biasanya perkembangan motorik kasar ini terjadi pada anak usia 4 sampai 5 tahun, mereka mulai bisa mengendalikan gerakan-gerakan yang kasar, contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, berjalan, berenang, melompat, dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun atau pada usia sekolah pertama biasanya terjadi perkembangan besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang sering disebut kemampuan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah gerakan  yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, menangkap atau melempar bola, menggenggam, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Seandainya tidak ada hambatan dalam lingkungan atau fisik atau hambatan mental yang mengganggu  perkembangan motorik, secara normal anak yang berusia 6 tahun akan siap menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolahnya dan berperan serta dalam kegiatan bermain bersama teman sebayanya. Kemampuan mengendalikan tubuh atau kemampuan  pengendalian gerak jasmani pada anak, apabila tidak lebih baik setidaknya sama baiknya dengan kemampuan teman sebayanya pada umumnya. Hal ini sangat penting karena perkembangan motorik banyak memberikan sumbangan atau dampak bagi kehidupan sosial dan pribadi si anak, misalnya berdampak bagi 1) Kesehatan yang  baik; 2) Katarsis emosional (atau kemampuan membebaskan tubuh dari ketegangan,kegelisahan dan keputus asaan; 3) Kemandirian atau rasa percaya diri karena anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya ke kondisi yang bebas yang anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat untuk diri sendirinya; 4) Hiburan diri, anak dapat memperoleh perasaan senang karena memiliki keterampilan bermain boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat lain; 5) Sosialisasi; 6) Konsep diri atau yang akan melahirkan perasaan aman secara psikologis yang menimbulkan rasa percaya diri dan akan mempengaruhi perilaku;[Elizabeth B Hurlock, 2008].Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem(parentingislami.wordpress.com). Jadi, antara fisik, intelektual, motorik dan psikologis itu berhubungan erat. Hubungannya yakni fisik dan intelektual atau kematangan seorang anak itu bepengaruh terhadap perkembangan motorik, pertumbuhan fisik dan kematangan yang optimal itu menjadikan perkembangan motorik anak normal dan sesuai dengan yang diharapkan lingkungan, selanjutnya karena kemampuan motorik itu baik dan sesuai yang diharapkan maka itu berpengaruh positif bagi psikologis anak seperti self-image anak atau gambaran tentang kemampuan anak itu dibidang tertentu seperti olahraga misalnya. Dan self-esteem anak atau penghargaan diri anak, maksudnya karena kemampuan motorik anak tersebut optimal dan dapat menyesuaikan dengan apa yang menjadi tuntutan di lingkungannya, anak itu menjadi dihargai oleh orang lain atau dianggap baik ataupun cerdas oleh masyarakat di lingkungan tersebut dalam hal ini di sekolah anak tersebut.Pada hakikatnya, perkembangan motorik pada anak usia SD/MI memiliki prinsip-prinsip tertentu, prinsip-pronsip itu adalah, yang pertama, perkembangannya bergantung pada kematangan otot syaraf, keterampilan anak belum dikuasai sebelum mekanisme otot syaraf anak berkembang, jika otot syaraf belum berkembang tidak mungkin anak akan mampu melakukan gerakan-gerakan yang terkoordinasi baik itu berupa gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus karena keduanya itu sangat dipengaruhi oleh pengendalian kerja otot syaraf. Yang kedua, keterampilan motorik tidak akan berkembang sebelum anak matang, maksudnya adalah sebaiknya upaya untuk mengajarkan gerakan keterampilan dengan baik itu pada usia yang sesuai dimana kondisi fisik anak tersebut telah matang, apabila kita mengajarkan gerakan terampil pada anak yang belum matang maka hasilnya akan sia-sia. Menurut Montessori bahawa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang disesuaikan dengan masa pekanya, yakni saat terjadi kematangan spiko-fisik tertentu pada anak. Yang ketiga adalah, bahwa perkembangan motorik mengikuti pola yang diramalkan maksudnya adalah semua perkembangan itu terjadi secara teratur dan mengikuti pola atau arah yang telah ditentukan. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, kemampuan anak untuk dapat berjalan, seorang anak tersebut harus mampu berdiri terlebih dahulu, dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat. Yang keempat adalah, dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik, maksudnya kita itu harus menentukan norma perkembangan motorik yang tujuannya adalah memberikan pengetahuan pada orang tua dan orang lain untuk mengetahui apa yang diharapkan dari anak, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui normal tidaknya perkembangan motorik anak. Misalnya dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) pada balita, atau kita menciptakan ukuran sendiri untuk anak-anak usia SD/MI.Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak, seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada anak perempuan (parentingislami.wordpress.com).Selain itu, ada beberapa kondisi atau keadaaan yang mempengaruhi perbedaan laju perkembangan motorik tiap individu, yaitu: 1) Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik; 2)Hambatan kondisi lingkungan awal pasca lahir menjadikan janin tidak aktif dan akibatnya perkembangan motorik anak lambat; 3) Kondisi pralahir yang baik, misalnya gizi makanan sang ibu; 4) Proses kelahiran yang sulit, biasanya berdampak pada kerusakan otak dan akan memperlambat perkembangan motorik; 5) IQ anak, anak yang IQ-nya tinggi proses perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding dengan anak yang IQ-nya normal atau dibawah normal; 6) Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh, apabila sang ibu tidak memberikan dorongan atau rangsangan bagi sang anak pastilah perkembangan motorik anak tersebut tidak berlangsung cepat; 7) Perlindungan yang berlebihan, maksudnya perlindungan ibu yang berlebihan terhadap anaknya seperti, melarang gerak bebas, aktif dan lincah padahal itu tidaklah baik karena hal itu akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya motorik anak; 8) Kelahiran sebelum waktunya biasanya akan memperlambat perkembangan motorik anak; 9) Cacat fisik seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik anak; 10) Perbedaan warna kulit, jenis kelamin dan status sosial ekonomi akan berpengaruh, karena mungkin perbedaan motivasi dan metode pelatihan anak tersebut(Elizabeth B Hurlock, 1978). Perkembangan motorik meskipun memiliki pola yang teratur, namun setiap individu itu berbeda laju perkembangan motoriknya karena beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya, tugas bagi seorang pendidik adalah dapat memahami karakteristik siswanya dan mengerti penyebab mengapa perkembangan motoriknya berbeda dengan yang lain, selanjutnya setelah mengetahui sebabnya hendaknya seorang pendidik mampu memberikan pelatihan yang berbeda menyesuaikan kebutuhan seorang anak tersebut.Nabi Muhammad SAW bersabda: “mengajari anak-anakmu berenang dan memanah adalah kewajiban,” beliau lalu berkata: “ajari anakmu memanah dan latihlah berkuda sampai mereka lancar” (HR. Bukhari). Berdasarkan hadis tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan fisik motorik pada anak MI mutlak diperlukan bahkan merupakan kewajiban bagi pendidik untuk mengembangkan potensi tersebut.Menurut Hasan (2006), tujuan pengembangan fisik motorik adalah untuk melatih keterampilan fisik terutama melatih motorik kasar dan motorik halus sehingga anak dapat meloncat, berlari, memanjat dan sebagainya, disamping ia juga dapat bermain musik, menari dan bahkan dapat membuat kerajinan tangan. Pengembangan keterampilan ini juga diarahkan agar tidak ada bias gender, anak laki-laki diharapkan memiliki keterampilan fisik yang lebih kuat dibandingkan anak perempuan.Perkembangan fisik motorik anak SD/MI dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan, bahkan guru dituntut untuk menciptakan budaya lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan dengan cara mencoba membantu seseorang yang mengalami hambatan dalam tugas-tugas perkembangan ini. Perkembangan fisik motorik ini ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Pertumbuhan anak pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus, kemudian menjadi gemuk; 2) Gigi susu berganti gigi tetap; 3) Penuh energi, suka bergerak dan aktif sekali, makin lama keaktifan lebih terarah; 4) Masih senang berlari-lari. Sementara itu, implikasi pada perkembangan ini adalah perlu makanan yang bergizi, cukup banyak istirahat, dan aktivitas ramai berselang-seling dengan aktivitas tenang. Kemudian perlu melatih fisik anak, melalui permainan sepak bola atau permainan lain, berenang, melompat dan sebagainya.Masa kanak-kanak disebut masa ideal untuk mempelajari keterampilan motorik, karena tubuh anak lebih lentur daripada tubuh orang dewasa atau remaja sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran, anak kurang memiliki keterampilan yang bertentangan dengan dengan hal-hal baru yang mungkin dipelajari lebih dulu sehingga bagi anak mempelajari keterampilan baru adalah lebih mudah, anak-anak biasanya menyenangi pengulangan-pengulangan sehingga anak bersedia mengulangi suatu tindakan sampai otot terlatih melakukannya secara efektif, anak memiliki waktu yang lebih lama untuk belajar daripada waktu yang mereka miliki ketika sudah dewasa nantinya(Elizabeth B Hurlock, 1978). Memang benar waktu kanak-kanak adalah waktu yang paling tepat, paling ideal dan paling efektif untuk belajar dan mempelajari sesuatu, banyak pepatah yang menjelaskan hal tersebut misalnya, “belajar di waktu kecil seperti mengukir diatas batu dan belajar diwaktu dewasa bagai mengukir diatas air” maksudnya apabila belajar diwaktu kecil itu sangatlah mudah dan memberikan pemahamannya pun mudah, berbeda halnya ketika belajar diwaktu dewasa rasanya sulit sekali, sulit unutk mengingat karena banyak hal-hal yang mungkin harus diingat juga, akibatnya belajar waktu dewasa itu sia-sia seperti kita mengukir diatas air. Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan harus dipelajari, keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Hilgard dkk melukiskan kebiasaan sebagai “setiap bentuk yang berulang dengan cepat, lancar tersusun dari pola gerakan yang dapat dikenal…umumnya seseorang kurang memperhatikan rincian kegiatan kebiasaannya, kebiasaan relatif otomatis, pola gerakan yang berulang, khususnya sebagaimana  yang terungkap dalam gerakan terampil.” Ada delapan hal penting yang harus diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu: 1) Kesiapan belajar; 2) Kesempatan belajar; 3) Kesempatan berpraktek; 4) Model yang baik; 5)Bimbingan; 6) Motivasi; 7) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari setiap individu; 8)Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu. Jika salah satu dari delapan hal tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan anak akan berada dibawah kemampuannya, mungkin juga keterampilan yang diperolehnya jauh dibawah standar yang disepakati masyarakat atau yang biasa dilakukan oleh masyarakat.Cara yang digunakan untuk memperoleh keterampilan motorik anak untuk mempelajari suatu keterampilan motorik itu penting untuk mendapatkan kualitas keterampilan yang dipelajari. Meskipun setiap cara pada saatnya nanti memungkinkan anak mampu mengembangkan suatu keterampilan. Beberapa cara ada yang jauh lebih efisien dan kualitas hasilnya jauh lebih baik daripada cara yang lain. Ada tiga cara yang paling umum digunakan anak dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu: Pertama, belajar dengan coba dan ralat (trial and error) seorang anak itu harus dibimbing dan dicontohkan, tidak adanya bimbingan dan model untuk ditiru menyebabkan anak melakukan tindakan secara acak biasanya menghasilkan keterampilan dibawah kemampuan anak. Kedua, meniru, belajar dengan meniru atau mengamati suatu contoh lebih cepat daripada belajar dengan coba dan ralat. Ketiga, pelatihan, belajar dengan bimbingan dan supervisi pada waktu model memperlihatkan keterampilan dan memperhatikan bahwa anak menirunya dengan tepat sangat penting dalam tahap awal belajar, dan gerakan yang salah dan kebiasaan jelek yang sudah tertanam akan sukar ditiadakan. Dalam tahap awal mempelajari keterampilan motorik, gerakan tubuh masih janggal dan tidak terkoordinasi serta banyak melakukan gerakan yang tidak perlu. Akan tetapi, dengan praktek lebih banyak, keterampilan itu akan membaik dan gerakannya menjadi terkoordinasi, berirama, dan anggun. Pada saat berkembangnya keterampilan motorik terjadi peningkatan, peningkatan keterampilan motorik ini dinilai berdasarkan: kecepatan, akurasi, kekuatan, dan kesiapan (Elizabeth B Hurlock, 1978). Alasan adanya peningkatan keterampilan tersebut adalah karena guru atau pembimbing harus mengarahkan usaha anak ke saluran yang benar. Selain itu, mereka juga berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dan bersedia membetulkan kesalahan itu sebelum praktek ulang menjadi kebiasaan. Misal kesalahan itu adalah seorang anak biasanya memperlihatkan kecakapan yang lebih besar yang dipelajarinya dari teman sebayanya atau yang dipelajarinya dirumah dari orang tua yang sama sekali tidak berpengalaman dalam memberikan keterampilan, dan dari teman sebayanya anak mendapatkan ajaran yang jelek, disinilah tugas seorang pembimbing untuk membetulkan kesalahan dan mengarahkan anak tersebut. Dalam perkembangan motorik terdapat banyak bahaya, banyak orang mengira bahwa satu-satunya bahaya yang serius dalam perkembangan keterampilan dan koordinasi motorik anak adalah kekakuan. Memang benar, kekakuan memang merupakan bahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi yang baik karena membuat anak merasa berbeda dan tidak mampu, serta menimbulkan penilaian sosial yang tidak menyenangkan.  Tetapi ada beberapa bahaya lain yang paling umum yang menimbulkan akibat psikologis yang serius, diantaranya: 1)Keterlambatan perkembangan motorik, yakni perkembangan yang berada dibawah normal akibatya pada umur tertentu anak tidak dapat menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya; 2) Harapan keterampilan yang tidak realistik, maksudnya adalah harapan yang lebih banyak didasarkan atas harapan dan keinginan daripada potensi anak tersebut misalnya harapan orang tua yang ingin anaknya dewasa sebelum waktunya padahal anak tersebut tidak mampu, hal itu secara psikologis merugikan anak akibatnya karena anak merasa tidak mampu seperti yang diharapkan ia merasa rendah diri dan tidak terampil; 3) Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak, misalnya seorang anak yang gagal untuk melakukan bantu diri untuk dapat mandiri, ketika si anak tidak mampu melakukan hal tersebut padahal keinginan untuk mandiri semakin kuat maka anak akan merasa rendah diri dan mereka tidak bisa diterima sebagai anggota kelompok sebayanya menjadikan mereka pemberang jika harus bergantung pada yang lain, hal ini merugikan bagi penyesuaian pribadi anak; 4) Landasan keterampilan yang jelek, ini berkaitan dengan keyakinan tradisional bahwa “praktek menjadikan sempurna” itu salah besar hasil akan sempurna hanya jika landasan keterampilannya baik, jadi sempurnanya  sesuatu hasil  itu bukan berdasarkan prakteknya melainkan berdasarkan landasan keterampilan yang ada; 5) Akrobatik yaitu melakukan keterampilan dengan tidak lazim karena anak ingin memperoleh kepuasan, misalnya seorang anak yang sudah pandai bersepeda mereka akan mencoba mengendarai dengan tidak lazim  tujuannya agar memperoleh kepuasan  dari prestasinya atau mengharapkan pujian dari teman sebayanya, meskipun tindakan yang akrobatik itu menghasilkan kepuasan tapi itu menimbulkan pengaruh bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak, karena biasanya teman-temannya akan menganggap ia sebagai anak yang berlagak; 6) Penggunaan tangan kiri, hal ini sangat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi yang baik, bahaya itu dalam dua kondisi, pertama, sebagai pemakai tangan kiri si anak menyadari bahwa mereka berbeda dengan yang lainnya itu akan mempengaruhi perilaku mereka terhadap diri sendiri dan mungkin akan merasa minder, yang kedua, biasanya anak tersebut terhambat dalam mempelajari sesuatu yang dicontohkan dengan tangan kanan dan mempengaruhi penguasaan keterampilan; dan 7) Kekakuan, beberapa bahaya psikologis dari kekakuan: rasa rendah diri, kecemburuan terhadap anak lain, kekecewaan terhadap orang dewasa, penolakan sosial, ketergantungan, malu dan jemu.Dari beberapa uraian diatas kita telah mengetahui perkembangan fisik motorik anak yang dapat kita jadikan bekal saat kita mengajar nanti, dengan mengetahui perkembangan fisik motorik anak didik, kita bisa  melakukan bimbingan dan pengajaran yang baik, karena kita tahu apa yang mereka butuhkan, apa yang seharusnya kita lakukan dan tidak seharusnya kita lakukan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam konteks pendidikan, anak usia SD perlu mendapatkan perhatian khusus karena merupakan peletak pendidikan dasar yang akan memberikan bekal kepada anak pada jenjang pendidikan selanjutnya. Anak usia SD/MI juga merupakan bekal yang akan membuka pintu dunia bagi mereka, sedangkan orang tua memandang sekolah adalah tempat yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik kita juga harus bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan yakni untuk mendidik anak-anak tersebut, agar mereka dapat berkembang secara baik  tidak hanya kepribadiannya tetapi juga kemampuannya melakukan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Seorang pendidik akan dapat melakukan bimbingan yang baik apabila memahami tingkat dan pola perkembangan anak didiknya, tanpa mengetahui itu pendidik tidak dapat membuat rencana pembelajaran yang efektif dalam mengadakan perubahan dari anak itu sendiri.DAFTAR RESENSI Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 1.  Jakarta: Erlangga.Muallifah, Ilun dkk. Perkembangan Peserta Didik. Edisi pertamaYusuf, Syamsyu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya.http//www.epysentrum.comhttp//www.parentingislami.wordpress.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS