Bahasa anak

Bahasa adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan yang fungsinya sebagai alat komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Perkembangan bahasa sudah dimulai sejak dari awal kehidupan. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi. Berawal dari tangisan saat pertama ia melihat dunia. Tangisan itu merupakan awal komunikasi dari seorang bayi, yang menandakan bahwa ia hidup. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.

Seorang anak pasti akan melewati fase perkembangan bahasa, dari masa kanak-kanak awal hingga masa kanak-kanak akhir. Maka pada umumnya Perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang menonjol pada masa kanak-kanak akhir yaitu masa SD/MI. Karena itu usia SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) merupakan masa yang ideal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa. Dengan mempelajari perkembangan bahasa anak, pendidik dapat memahami anak dan diharapkan dapat berkomunikasi dengan anak secara efektif.

Dalam pembahasan ini hal yang pertama akan kita bahas yaitu pengertian bahasa. Bahasa adalah suatu ujaran atau ucapan yang bermakna, bahasa juga dapat pula diartikan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi-suara yang dihasilkan oleh alat bicara. Bahasa merupakan faktor yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugrah dari Allah Swt. Dengan bahasa manusia dapat mengenal dan memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya.

Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunkasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). Menurut Elizabeth B. Hurlok, Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain.

Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan di sekolah dasar meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraph ( Depdiknas, 2006).

Menurut Santoso (2004) bahasa sebagai alat komunikasi dilihat dari dasar dan motif pertumbuhannya memiliki empat fungsi, yaitu:
·         Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi kepada orang-orang disekitar, seperti adanya hubungan timbale-balik antara anggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
·         Fungsi ekspresi diri, yaitu bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan dan menyalurkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan penuturnya. seperti menyampaikan atau menyalurkan perasaan, sikap, pendapat, gagasan, dan  emosi. Bahasa juga dapat menjadi alat atau media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri dan untuk menarik perhatian dari orang lain.
·         Fungsi adaptasi dan integrasi, maksudnya bahasa sangat bermanfaat jikalau kita berada di tempat orang yang memiliki perbedaan adat, tata karma, dan aturan-aturan di lingkungannya. Dengan bahasa (berkomunikasi) kita dapat beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan yang baru.
·         Alat untuk mengadakan kontrol sosial, yaitu untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung pula dengan baik, dan akan menghasilkan lingkungan yang tentram dan damai dengan nilai-nilai sosial yang berkualitas.

Setelah kita mengetahui empat fungsi bahasa menurut Santoso. Ada juga tiga komponen utama dalam bahasa yaitu: bentuk atau form, meliputi sintaksis, morfologi, dan fonologi; isi atau content, meliputi makna atau sematik; dan penggunaan atau use yang mencakup pragmatik. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam bahasa terkandung lima elemen, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi berkenaan dengan ketentuan yang mengatur struktur, distribusi dan urutan bunyi, serta bentuk ucapan, morfologi berhubungan dengan organisasi kata-kata secara internal, sintaksis berkenaan dengan aturan-aturan dalam pembentukan kata dan kalimat (memiliki subjek, predikat, dan objek), sedang semantik berkenaan dengan sistem aturan mengendalikan makna isi kata atau kalimat. Dan yang terakhir pragmatik berkenaan dengan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan tujuan tertentu.

Selanjutnya kita akan membahas tentang tahap-tahap perkembangan bahasa anak. Perkembangan kemampuan atau keterampilan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir anak. Dalam berkomunikasi terjadi pertukaran ide, pikiran, dan perasaan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, maka anak harus menggunakan bahasa yang bermakna bagi orang lain yang diajak berkomunikasi. Disamping itu anak juga dituntut untuk dapat memahami bahasa yang digunakan orang lain. Oleh karena itu dalam berkomunikasi diperlukan kemampuan berbahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Apabila anak tidak dapat menggunakan bahasa dengan baik dan jelas, maka dalam berkomunikasi anak akan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan apa yang  dipikirkan dan dirasakannya.

Perkembangan bahasa pada anak terjadi sejak awal kehidupannya yaitu sejak ia lahir, berupa tangisan untuk mengungkapakan perasaan dirinya kepada orang lain kemudian dalam perkembangannya akan berupa ocehan atau celotehan, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan tubuh yang merupakan bentuk komunikasi prabicara. Pola perkembangan bicara pada anak sejalan dengan perkembangan aspek lain, seperti aspek motorik, aspek kognitif, dan aspek sosial. Pada saat usia sekolah, rasa ingin tahu anak berkembang pesat. Karena itu maka peran orang tua dan guru sangat penting untuk dapat memaksimalkan kesempatan untuk mengajarkan keterampilan berbahasa. Seorang anak belajar berbahasa dengan mengumpulkan kosa kata atau perbendaharaan kata-katanya dari lingkungan sosial. Kosa kata anak biasanya berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata-kata populer yang digunakan teman-teman atau kelompok anak-anak sebayanya. Setelah perkembangan bahasa berlanjut dalam bentuk kalimat, dimulai dari kalimat sederhana yang jauh dari kelengkapan sebuah kalimat menjadi kalimat yang semakin lengkap dan kompleks sesuai kebutuhan komunikasi anak.
Seiring dengan pertambahan usia dan perkembangan berbagai aspek psikologis anak, maka semakin sempurna pula kemampuan berbahasanya. Karena dalam kesehariannya anak akan membicarakan banyak hal berkenaan dengan kegiatannya sehari-hari, seperti bermain, belajar, dan kegiatan lain yang dilakukan anak pada umumnya. Klasifikasi untuk usia SD/MI dapat dibagi dua katagori, sebagai berikut:
·         Kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentik)
Anak tipe ini lebih senang berbicara tentang kesenangan dirinya sendiri atau kesenangan yang berhubungan dengan seseorang yang kebetulan bersamanya. Ia cendrung mendominasi pembicaraan, dan kurang berminat untuk mendengarkan bahkan menerima pendapat orang lain. Dengan demikian, bicara egosentrik ini seperti halnya monolog atau percakapan semu.
·         Kegiatan berbicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi)
Dalam perkembangannya anak akan cendrung menyesuaikan diri pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Maksudnya mereka dapat menyesuaikan isi pembicaraan dan dapat menerima pendapat dari orang lain. Sehingga seorang anak dengan tipe ini dapat melibatkan dirinya dengan kegiatan sosial dan cendrung menjadi anak yang disenangi. Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk: (a) adapted information, disini terjadi pertukaran pendapat atau adanya tujuan bersama yang diccari, (b) critsim, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan), threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answers (jawaban).

Semiawan, 1998 (dalam Inggrid, 2008) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa (pragmatik dan semantik) anak pada usia SD/MI dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Anak usia 5 tahun, sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan, mengulang untuk perbaikan, dan mulai membicarakan topok-topik tentang gender.
·         Anak usia 6 tahun, mengulang dengan cara elaborasi untuk perbaikan, dan menggunakan kata-kata keterangan.
·         Anak usia 7 tahun, menggunakan dan memahami sebagai istilah dan membuat plot naratif yang mempunyai pengantar dan akhir dari topik yang ingin diungkapkan atau dibicarakan.
·         Anak usia 8 tahun, menggunakan topik-topik yang konkret, mengenal makna nonlitelal dalam bentuk permintaan langsung, dan mulai mempertimbangkan maksud lainnya.
·         Anak usia 9-12 tahun, anak memelihara topik melalui beberapa perubahan. Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara) pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalah yang dipikirkan orang dewasa.

Hal selanjutnya yang akan dibahas adalah tugas-tugas perkembangan bahasa. Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut.
1.      Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau  gesture-nya (bahasa tubuhnya).
2.      Pengembangan Perbendaharaan Kata, Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.      Penyusunan Kata-Kata menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat adalah kalimat tunggal (satu kata) dengan disertai: “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti ‘tolong ambbilkan bola untuk saya”. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks. Menurut Davis, Garrison & McCarthy (E.Hurlock, 1956) anak yang cerdas, anak wanita dan anakk yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
4.      Ucapan, Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya). Pada usia bayi, antara usia 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vocal): a, i, u, e, dan o dan huruf mati (konsonan): t, p, b, m, dan n, sedangkan huruf yang sulit diucapkan adalah huruuf mati tunggal: z, w, s, r, dan g, dan huruf mati yang rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.

Setelah membahas tugas-tugas perkembangan bahasa, berikutnya kita akan membahas tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Pada umumnya, pola perkembangan bahasa dan keterampilan berbicara pada anak akan mengikuti pola umum, namun tempo dan irama perkembangannya bersifat individual, terutama dalam frekuensi atau banyaknya anak bicara, serta isi atau topik pembicaraan. Hal ini dipengaruhi oleh:
1.      Faktor Kesehatan, Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Pada umumnya anak yang sehat pasti lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Hal ini disebabkan perkembangan aspek motorik dan aspek mentl sebagai pendukung kemampuan berbahasa, anak yang sehat dengan perkembangan kognitif optimal akan mampu berbicara lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Oleh karena itu, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orangtua dan guru perlu memperhatikan kondisi anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola makanan, beri anak makanan yang bergizi dan jika di sekolah guru harus mengawasi anak agar tidak jajar sembarangan.
2.      Faktor Inteligensi (Kecerdasan), Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat kecerdasannya. Anak yang memiliki kecerdasan tinggi biasanya perkembangan bahasanya cepat. Namun, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya dikatagorikan anak yang bodoh (Lindgren, dalam E. Hurlock, 1956). Selanjutnya Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami keterlambatan mental, yaitu bahwa sepertiga di antara mereka yang dapat berbicara secara normal dan anak yang berada pada tingkat kecerdasan yang paling rendah, mereka sangat miskin perbendaharaan katanya.
3.      Status Sosial dan Ekonomi dalam Keluarga, Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahhsa dengan status sosial ekonomi, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock, 1956).
4.      Jenis Kelamin (Sex), Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara anak laki-laki dan anak perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan mulai menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak laki-laki. Lihat saja, pada umumnya anak perempuan lebih cepat perkembangan bahasanya (kosa katanya lebih banyak dan lebih sering berbicara), dari pada anak laki-laki.
5.      Hubungan Keluarga, Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan dan keluarga, terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa pada anak. Hubungan yang sehat antara orangtua dan anak (penuh perhatian dan kasih saying dari orangtuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap orangtua yang tidak peduli kepada anak, sikap kasar terhadap anak, dan kurang komunikasi dengan anak. Maka perkembangan bahasa anak cendrung akan mengalami kelainan, seperti: gagap dalam berbicara, idak jelas dalam berkata atau mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6.      Keinginan dan Dorongan untuk Berkomunikasi Serta Hubungan dengan Teman Sebaya, Semakin kuat keinginan seorang anak untuk belajar berbicara ditambah dengan dorongan dari keluarga untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan teman teman sebayanya, maka akan makin kuat pula usaha anak untuk berbicara atau berbahasa. Hal ini tentu sangat mendukung anak dalam mempercepat perkembangan bahasanya.
7.      Kepribadian, Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cendrung memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri (susah untuk beradaptasi). Kemampuan berbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik pembicaraan) dalam berbahasa.
Hambatan atau kesulitan perkembangan bahasa terjadi apabila anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa anak awal. Akibatnya, anak mengalami keterlambatan berbicara. Hingga anak menjadi kurang percaya diri dan merasa tidak mampu dalam bersosialisasi. Demikian juga, tipe anak yang berbicara secara egosentrik dapat mengakibatkan anak menjadi semakin tertutup dan sulit untuk beradaptasi. Masalah lain berupa anak yang bisu (tunawicara), ia tidak dapat berbicara, mengucapkan kata dengan jelas dan benar.
Dan hal yang terpenting adalah upaya mengoptimalkan perkembangan bahasa anak. Bagaimana cara kita agar perkembangan bahasa pada anak berjalan lancar. Dari uraian di atas tampak bahwa meskipun terdapat perbedaan individual dalam perkembangan bahasa, hal yang harus diingat dalam perkembangan bahasa yaitu penggunaan bahasa secara tepat dalam percakapan untuk mengemukakan isi pikiran, keinginan, dan motivasi untuk melakukan eksplorasi dan berkomunikasi dengan orang lain, terutama untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran. Pola berbahasa orang dewasa di sekitar, dan berbagai cerita atau fiksi bisa menjadi model bagaimana cara berbahasa yang baik dan benar, serta menumbuhkan minat anak untuk selalu bersemangat untuk belajar.
Masa kanak-kanak sampai awal masa remaja merupakan periode untuk mengembangkan bahasa. karena di masa itulah terjadi interaksi-interaksi antar seorang individu (anak) dengan  lingkungan sekitarnya, seperti jika si anak berada di sekolah dia akan berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya. Ia berkomunikasi dengan guru, teman sebaya, kakak kelas, pedagang di sekolahnya dan lain-lain. Dan jika dia berada di lingkungan keluarga dan rumahnya, dia pasti akan berinteraksi dengan ayah, ibu, kakak, dan tetangganya. Dapat dikatakan faktor lingkungan juga turut berperan dalam mengoptimalkan perkembangan bahasa anak. karena di sanalah secara tidak langsung atau secara tidak disadari terjadi pelatihan berbicara atau berbahasa pada anak.

Terkait dengan proses pembelajaran formal keterampilan berbahasa menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) memiliki empat aspek atau ruang lingkup, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan di sekolah dasar atau di madrasah ibtidaiyah memiliki cangkupan materi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran.
Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi kemampuan mengungkapkan pikiran,  perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalaan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, member tanggapan, pendapat atau saran, diskusi dan lain-lain. Keterampilan membaca meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca keras (nyaring), membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis memiliki cakupan materi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, menulis cerita, menulis undangan, meringkas sebuah paragraph, dan lainnya.
Hal-hal tersebutlah yang harus di optimalkan di usia SD/MI. Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa anak SD/MI. Maka dalam perakteknya di kelas seorang guru harus dapat menyeimbangkan pengembangan keempat aspek perkembangan bahasa tersebut, baik untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran maupun pengembangan keterampilan berbahasa pada umumnya.
Selain itu ada beberapa hal lagi yang dapat menunjang pengoptimalisasian perkembangan bahasa pada anak, menurut Karl Buhler ada tiga daya pendorong yang membuat anak dapat mengoptimalkan perkembangan bahasanya, yaitu:
1.      Dorongan Pernyataan (Kundgabe), Dorongan untuk menyatakan kepada orang lain apa-apa yang terkandung dalam perasaan atau hati. Maksudnya seorang anak dapat mengungkapkan sesuatu, entah itu gagasan, pendapat atau apa saja yang ada dalam perasaan atau hati si anak kepada lawan bicaranya.
2.      Dorongan Menguraikan (Auslosung), Dorongan untuk menguraikan apa-apa yang ingin dikatakan, termasuk perkataan yang tidak  diketahui. maksudnya seorang anak mampu menguraikan atau menjelaskan apa yang ia katakan, bukan hanya mampu menyatakan tetapi juga mampu menjelaskan apa yang ia katakan kepada lawan bicaranya.
3.      Dorongan menyampaikan (Darstellung), Dorongan untuk menyampaikan segala  sesuatu yang menarik perhatiannya kepada orang lain, termasuk tanda-tanda meminta pertolongan. Maksudnya seorang anak tidak malu untuk bertanya tentang sekitarnya, seperti bertanya kepada temannya tentang penunjuk jalan (seperti lampu lalu lintas dan tanda-tanda yang ada di jalan raya), meminta tolong jika ia membutuhkan pertolongan, dan sebagainya.
Untuk menuntun anak dalam mengenai perkembangan bahasa itu sangat penting. Karena dapat membantu anak berkomunikasi dengan baik dan ank tersebut tentunya akan mengerti tentang pemahaman-pemahaman tertentu. Untuk itu perlu sekolah terutama di setiap kelas suatu pembelaajaran yang efektif sehingga perkembangan bahasanya bisa berjalan secara optimal.
Pembelajaran yang optimal maka sangat perlu bahasa yang komunikatif yang memungkinkan semua pihak yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dapat berperan secara aktif dan produktif. Bahasa itu merupakan alat komunikasi dalam pergaulan social sehingga dengan komunikasi bisa menghasilkan pembelajaran efektif untuk mendapat pendidikan yang optimal. apabila guru dan siswa saling komunikasi dengan baik dan anak mengerti apa yang dikatakan oleh seorang guru, tentunya dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal. untuk itu, diharapkan seorang guru agar menggunakan bahasa anak di dalam kelas daripada bahasa orang dewasa.
Dari terjalinnya suatu komunikasi antara seorang guru dan peserta didik, tentunya pemberian lingkungan kondusif bagi perkembangan bahasa itu sangat penting. Dengan adanya lingkungan kondusif yang tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang pasif, tapi juga menjadi pengguna bahasa yang aktif. Untuk menciptakan suatu lingkungan kondusif dikelas yaitu pengaturan tata letak meja kursi dan lainnya, dan juga suara seorang guru agar tidak begitu lirih di dalam kelas, sehingga seorang guru harus mengatur suaranya agar dapat didengar semua siswa.

Daftar Referensi

Hurlock, Elizabeth B.1978.Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.
Milifah, Ilun.2008.Perkembangan Peserta Didik,Jakarta:PT. Indeks Cemerlang.
Purwakania, Aliah B. Hasan.2006.Psikologi Perkembangan Islami menyingkap tentang manusia dari prakelahiran hingga pascakematian,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Syamsu LN.2009.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,Bandung: PT. REMAJA  ROSDAKARYA.





           


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: